Pages

Sabtu, 11 Oktober 2014

MENANAM POHON MENURUT AJARAN ISLAM



Laju penggundulan hutan (deforestasi) di Indonesia kini menempati posisi tertinggi di dunia, bahkan mengalahkan angka deforestasi Brasil 460.000 hektar.Penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal Nature Climate Change (29/06/2014)  menyebut, setahun setelah moratorium diterbitkan, deforestasi di Indonesia malah meningkat dengan cepat. Antara 2000-2012, Indonesia kehilangan 6,02 hektare hutan setiap tahunnya.
Jadi, tidak mengherankan kini Indonesia menjadi negara ketiga penghasil gas emisi tebesar di dunia.

Kementerian Kehutanan melaporkan setiap tahun, Indonesia kehilangan 0,4 juta hektare lahan hutan pada 2009-2011. Namun, studi ini menemukan laju kehilangan hutan tahunan sebenarnya jauh lebih tinggi dari itu, yakni sekitar 0,84 juta hektare per tahun pada 2012.
Sementara itu, Kementerian Kehutanan membantah deforestasi di Indonesia mencapai 840.000 hektar pada 2012 lalu, seperti disebutkan dalam hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Climate Change.
Juru bicara Kementerian Kehutahan Eka Widodo mengakui hutan di Indonesia berkurang pada 2012 lalu. Namun, jumlahnya jauh lebih kecil dibandingkan hasil penelitian tersebut.

Terlepas dari besar kecilnya laju kerusakan hutan (deforestasi), yang jelas hutan di Indonesia telah rusak. Kerusakan hutan akibat ulah manusia telah mengakibatkan banjir. Kerugian yang ditimbulkan akibat banjir antara lain hilangnya lapisan permukaan tanah yang subur karena tererosi aliran air, rusaknya tanaman, dan rusaknya berbagai bangunan hasil budidaya manusia. Bencana banjir merupakan salah satu bencana alam yang hampir setiap musim penghujan melanda di beberapa wilayah di Indonesia.

Kerusakan hutan juga telah mengakibatkan pemanasan global/global warming. Pemanasan global berdampak jangka pendek dan jangka panjang yang sangat berbahaya dan akan menyebabkan bencana yang cukup besar bagi bumi.
Dampak pemanasan global jangka pendek antara lain :
1. Perubahan cuaca yang tidak lagi bisa diprediksi, rentang waktu musim kemarau dan musim  
    penghujan tidak seimbang.
2. Peralihan musim diiringi dengan sering terjadi angin puting beliung dan hujan badai di laut  
    mengakibatkan gelombang pasang yang besar di sepanjang pantai, sehingga mengikis sepanjang garis     
    pantai

Menyimak kerusakan hutan pada berbagai wilayah dunia, mari kita simak firman Allah dalam Al-Qur’an surah Ar-Rum (30)  41-42 :
30:4130:42


 Artinya :

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan  manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar). (41)

 Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan  orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (42)

QS Ar-Rum (30) 41 – 42 

Menurut Tafsir Al-Mu'tabar :



 QS Ar-Rum ayat 41 menegaskan, bahwa kerusakan di muka bumi tidak lain karena ulah manusia itu sendiri yaitu melakukan peperangan di luar koridoridor syariat Allah. dalam peperangan itu manusia membunuh manusia yang oleh Allah dilindungi hak hidupnya, bahkan merusak segala tatanan alam yang ada.

Sedangkan QS Ar-Rum ayat 42 menekankan pentingnya kajian sejarah tentangnya perilaku umat-umat terdahulu untuk menjadi pelajaran bagi generasi di belakangnya.

Menururt tafsir kontemporer QS Ar-Rum ayat 41-42 bisa menjadi dalil tentang kewajiban tentang melestarikan lingkungan hidup, sebab terjadinya berbagai macam bencana juga karena ulah manusia yang mengeksploitasi alam tanpa diimbangi dengan upaya pelestarian.

Terlebih dahulu dalam QS Ar-Rum ayat 40 telah disebutkan, bahwa perilaku orang-orang musyrik tidak ada lain adalah bertuhan ganda. Perbuatan syirik ini dituding oleh Allah sebagai salah satu faktor utama timbulnya kerusakan di muka bumi. Karena itu, kedua ayat di atas (QS Ar-Rum ayat 41-42) lebih lanjut menjelaskan, bahwa tidak sedikit manusia dari kalangan bangsa-bangsa terdahulu menginjak-injak hukum Allah dengan malakukan berbagai bentuk perbuatan maksiat. Di kalangan mereka telah merajalela kezaliman dan keserakahan yang kuat merampas hak-hak kaum lemah. Karena itu, Allah menumpahkan kepada mereka azab tanpa seorang pun yang mampu mengelaknya.



Kemudian, mari kita simak firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al- A’raf  (7) 56 – 58  :


7:56
7:57
                                  7:58
 Artinya :

“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan. Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerh yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya subur dengan izin Tuhan; dan tanah yang buruk, tanaman-tanamannya yang tumbuh merana. Demikianlah kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kebesaran Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.” (Q.S. Al-A’raf (7) : 56-58)


Berbagai upaya melestarikan hutan telah dilakukan diantaranya melalui “Go Green”. Penghijauan – apa pun bentuknya – mengingatkan kita pada sebuah hadits yang masyhur dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.  

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
"Tak ada seorang muslim yang menanam pohon atau menanam tanaman, lalu burung memakannya atau manusia atau hewan, kecuali ia akan mendapatkan sedekah karenanya". 
[HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab AL-Muzaro'ah (2320), dan Muslim dalam Kitab Al-Musaqoh (3950)]
 
Al-Imam Ibnu Baththol rahimahullah berkata saat mengomentari hadits ini, "Ini menunjukkan bahwa sedekah untuk semua jenis hewan dan makhluk bernyawa di dalamnya terdapat pahala". 
[Lihat Syarh Ibnu Baththol (11/473)]

Seorang muslim yang menanam tanaman tak akan pernah rugi di sisi Allah. Sebab, tanaman tersebut akan dirasakan manfaatnya oleh manusia dan hewan, bahkan bumi yang kita tempati.  Tanaman itu lalu diambil siapa saja, baik dengan jalan yang halal maupun jalan haram. Dengan pemanfaatan tersebut berarti kita telah bersedekah..



Pohon mangga yang ditanam pada salah satu sudut fasilitas umum di Komplek Griya Husada, Sungai Raya Dalam
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
"Tak ada seorang muslim yang menanam pohon, kecuali sesuatu yang dimakan dari tanaman itu akan menjadi sedekah baginya, dan yang dicuri akan menjadi sedekah. Apa saja yang dimakan oleh binatang buas darinya, maka sesuatu (yang dimakan) itu akan menjadi sedekah baginya. Apapun yang dimakan oleh burung darinya, maka hal itu akan menjadi sedekah baginya. Tak ada seorangpun yang mengurangi, kecuali itu akan menjadi sedekah baginya" . 
[HR. Muslim dalam Al-Musaqoh (3945)]

Al-Imam Abu Zakariyya Yahya Ibn Syarof An-Nawawiy rahimahullah berkata menjelaskan faedah-faedah dari hadits yang mulia ini, "Di dalam hadits-hadits ini terdapat keutamaan menanam pohon dan tanaman, bahwa pahala pelakunya akan terus berjalan (mengalir) selama pohon dan tanaman itu ada, serta sesuatu (bibit) yang lahir darinya sampai hari kiamat masih ada.                                                                            

Para ulama silang pendapat tentang pekerjaan yang paling baik dan paling afdhol. Ada yang berpendapat bahwa yang terbaik adalah perniagaan. Ada yang menyatakan bahwa yang terbaik adalah kerajinan tangan. Ada juga yang menyatakan bahwa yang terbaik adalah bercocok tanam. Inilah pendapat yang benar. Aku telah memaparkan penjelasannya di akhir bab Al-Ath’imah dari kitab Syarh Al-Muhadzdzab. Di dalam hadits-hadits ini terdapat keterangan, bahwa pahala dan ganjaran di akhirat hanyalah khusus bagi kaum muslimin, dan bahwa seorang manusia akan diberi pahala atas sesuatu yang dicuri dari hartanya, atau dirusak oleh hewan, atau burung atau sejenisnya".  
[Lihat Al-Minhaj (10/457) oleh An-Nawawiy, cet. Dar Al-Ma'rifah, 1420 H]

Pahala sedekah yang dijanjikan oleh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits-hadits ini akan diraih oleh orang yang menanam, walapun ia tidak meniatkan tanamannya yang diambil atau dirusak orang dan hewan sebagai sedekah.

Al-Hafizh Abdur Rahman Ibnu Rajab Al-Baghdadiy rahimahullah berkata, "Lahiriah hadits-hadits ini seluruhnya menunjukkan bahwa perkara-perkara ini merupakan sedekah yang akan diberi ganjaran pahala bagi orang yang menanamnya, tanpa perlu maksud dan niat". 
[Lihat Iqozh Al-Himam Al-Muntaqo min Jami' Al-Ulum wa Al-Hikam (hal. 360) oleh Salim Al-Hilaliy, cet. Dar Ibn Al-Jauziy, 1419 H]

Penghijauan kembali atau REBOISASI merupakan amalan sholeh yang mengandung banyak manfaat bagi manusia di dunia dan untuk membantu kemaslahatan akhirat manusia. Tanaman dan pohon yang ditanam oleh seorang muslim memiliki banyak manfaat. Sebut saja, pohon itu bisa menjadi naungan bagi manusia dan hewan yang lewat, buah dan daunnya terkadang bisa dimakan, batangnya bisa dibuat menjadi berbagai macam peralatan, akarnya bisa mencegah terjadinya erosi dan banjir, daunnya bisa menyejukkan pandangan bagi orang melihatnya, dan pohon juga bisa menjadi pelindung dari gangguan tiupan angin, serta membantu sanitasi lingkungan dalam mengurangi polusi udara.

Jika demikian banyak manfaat dari REBOISASI alias penghijuan, maka tak heran jika agama kita memerintahkan umatnya untuk memanfaatkan tanah dan menanaminya sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits-hadits lainnya. seperti beliau pernah bersabda :
"Jika hari kiamat telah tegak, sedang di tangan seorang diantara kalian terdapat bibit pohon korma; jika ia mampu untuk tidak berdiri sampai ia menanamnya, maka lakukanlah".             
[HR. Ahmad dalam Al-Musnad (3/183, 184, dan 191), Ath-Thoyalisiy dalam Al-Musnad (2068), dan Al-Bukhoriy dalam Al-Adab Al-Mufrod (479). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (no. 9)]
Ahli Hadits abad ini, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy rahimahullah berkata saat memetik faedah dari hadits-hadits di atas, "Tak ada sesuatu (yakni, dalil) yang paling kuat menunjukkan anjuran bercocok tanam sebagaimana dalam hadits-hadits yang mulia ini, terlebih lagi hadits yang terakhir diantaranya, karena di dalamnya terdapat targhib (dorongan) besar untuk menggunakan kesempatan terakhir dari kehidupan seseorang dalam rangka menanam sesuatu yang dimanfaatkan oleh manusia setelah ia (si penanam) meninggal dunia. Maka pahalanya terus mengalir, dan dituliskan sebagai pahala baginya sampai hari kiamat". [Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah (1/1/38)]

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tidak mungkin memerintahkan suatu perkara kepada umatnya dalam kondisi yang genting dan sempit seperti itu, kecuali karena perkara itu amat penting, dan besar manfaatnya bagi seorang manusia. Semua ini menunjukkan tentang keutamaan "Go Green" alias program penghijauan yang digalakkan oleh pemerintah kita –semoga Allah memberikan balasan kebaikan bagi mereka-.

Saking besarnya manfaat dari penghijauan lingkungan alias REBOISASI, tanah yang dahulu kering kerontang bisa berubah menjadi tanah subur. Sungai yang dahulu gersang, dengan reboisasi bisa berubah menjadi berair.

Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah bersabda dalam sebuah yang shohih,
"Tak akan tegak hari kiamat sampai tanah Arab menjadi tanah subur, dan sungai-sungai".   
[HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/370 & 417), dan Muslim dalam Kitab Ash-Shodaqoh (2336)].              

Ketika para sahabat mendengarkan hadits-hadits ini, maka mereka berlomba-lomba dan saling mendorong untuk melakukan program penghijauan ini, karena ingin mendapatkan keutamaan dari Allah -Azza wa Jalla- di dunia dan di akhirat berupa ganjaran pahala.

Jika kita mau membuka sebagian kitab-kitab hadits yang berisi keterangan dan petunjuk jalan hidup para salaf (pendahulu) kita dari kalangan sahabat dan generasi setelahnya, maka kita akan mendapatkan manusia-manusia yang memiliki semangat dalam menggalakkan perintah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam dalam perkara ini.

Seorang tabi’in yang bernama Umaroh bin Khuzaimah bin Tsabit Al-Anshoriy Al-Madaniy -rahimahullah- berkata,
"Aku pernah mendengarkan Umar bin Khattab kepada bapakku, "Apa yang menghalangi dirimu untuk menanami tanahmu?" Bapakku berkata kepada beliau, "Aku adalah orang yang sudah tua, akan mati besok". Umar berkata kepadanya, "Aku mengharuskan engkau (menanamnya). Engkau harus menanamnya!" Sungguh aku melihat Umar bin Khoththob menanamnya dengan tangannya bersama
bapakku".                 
 [HR. Ibnu Jarir Ath-Thobariy sebagaimana dalam Ash-Shohihah (1/1/39)]  

Al-Imam Al-Bukhoriy -rahimahullah- meriwayatkan sebuah atsar dari Nafi’ bin Ashim bahwa,
"Dia pernah mendengar Abdullah bin Amer -radhiyallahu anhu- berkata kepada keponakannya yang telah keluar dari kebunnya, "Apakah para pekerjamu sedang bekerja?" Keponakannya berkata, "Aku tak tahu". Beliau berkata, "Ingatlah, andaikan engkau adalah orang Tsaqif, maka engkau akan tahu tentang sesuatu yang dikerjakan oleh para pekerjamu". Kemudian beliau menoleh kepada kami seraya beliau berkata, "Sesungguhnya seseorang bila bekerja bersama para pekerjanya di kampungnya atau hartanya, maka ia adalah pekerja diantara pekerja-pekerja Allah -Azza wa Jalla-".                                   
[HR. Al-Bukhoriy dalam Al-Adab Al-Mufrod (448). Syaikh Al-Albaniy men-shohih-kan hadits ini dalam Shohih Al-Adab (hal. 154)]

Amer bin Dinar -rahimahullah- berkata,
"Amer bin Al-Ash pernah masuk ke dalam suatu kebun miliknya di Tho’if yang dinamai dengan "Al-Wahthu". Di dalamnya terdapat satu juta batang kayu. Beliau telah membeli setiap kayu dengan harga satu dirham. Maksudnya, beliau menegakkan dengannya batang-batang anggur". 
[HR. Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyqo (46/182)]

Mari kita perhatikan sahabat Amer bin Al-Ash telah berani berkorban demi memelihara tanaman-tanaman yang terdapat dalam kebunnya. Semua ini menunjukkan kepada kita tentang semangat para sahabat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dalam melaksanakan perintah dan anjuran beliau dalam menghijaukan lingkungan. Maka contohlah mereka dalam perkara ini, niscaya kita mendapatkan keutamaan sebagaimana yang mereka dapatkan.                                                                                            
Namun, satu hal perlu kita ingat, bahwa usaha dan program penghijauan seperti ini terpuji selama tidak melalaikan kita dari kewajiban, seperti jihad, shalat berjama’ah, mengurusi anak dan keluarga atau kewajiban-kewajiban lainnya. 
Sudah seyogyanya kita menanam pepohonan misalnya di halaman rumah kita masing-masing (dengan memanfaatkan sedikit halaman rumah yang kita miliki), di tepi jalan (tanpa mengganggu kesalamatan pengguna jalan), serta di fasilitas umum. Dengan menanam pohon, lingkungan akan terasa sejuk dan indah.
Penanaman pohon juga seyogyanya diiringi dengan adanya resapan air. Resapan air juga hendaknya diimplementasikan yaitu dengan cara tidak mengecor lantai halaman rumah atau halaman fasilitas umum yang tersedia.

Mari kita mencerminkan perilaku cinta alam dan lingkungan untuk kelangsungan hidup kita dan bumi ini lebih baik. (Agus Mulyadi, dari berbagai sumber)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar